Halaman
22
| Kelas X SMA/SMK
Hakikat dan Sifat Dasar Manusia
Peta Konsep
Makhluk Termulia
Mengapa Manusia
Berbuat Jahat
Nafsu yang tidak terkendali
Keadaan yang Memaksa
Kebiasaan Buruk
Kurangnya Pendidikan
Gui
(Daya Hidup Jasmani)
Watak Sejati (
)
Ren
(Cinta Kasih)
Yi
(Kebenaran)
Li
(Susila)
Zh
i (Bijaksana)
Nafsu (
Jing
)
Xi
(Gembira)
Nu
(Marah)
Ai
(Sedih)
Le
(Senang)
Shen
(Daya Hidup Rohani)
Manusia
Bab
2
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
|
23
A.
Manusia Makhluk Termulia
Xunzi
,(salah seorang filsuf
Neo Confusianisme
) mengatakan: ”Air
dan api punya
Qi
tetapi tidak punya kehidupan. Rumput dan pohon
hidup tetapi tidak punya perasaan. Hewan dan unggas punya perasaan
tetapi tidak tahu kebenaran. Manusia punya
Qi
, punya nyawa, punya
perasaan dan tahu akan kebenaran, maka termulialah dia. Tenaga tak
sebanding kerbau, lari tak secepat kuda, tetapi kerbau dan kuda dipakai
oleh manusia.”
Kata-kata
Xunzi
menyiratkan makna bahwa manusia bukanlah
hewan yang sedang dalam proses evolusi seperti yang diteorikan oleh
Darwin, bukan juga hewan yang harus digembalakan, juga bukan hewan
politik seperti yang dikatakan oleh Aristoteles. Manusia diciptakan
Tian
melalui kedua orang tua. Maka secara Jasmani manusia menerima hidup
dari atau melalui perantara
ayah dan ibu. Namun
manusia tidak hanya
sekedar memiliki jasmani
(daya hidup jasmani),
Tian
melengkapinya dengan roh
(daya hidup rohani).
Dalam tradisi filsafat dan
agama, baik Barat maupun
Timur diketahui bahwa
manusia merupakan makhluk
multidimensi
. Manusia memiliki
empat dimensi dasar, yaitu:
1. Dimensi Fisik
: Tubuh (Psikomotorik)
2. Dimensi Intelektual
: Pikiran (Kognitif)
3. Dimensi Emosional
: Hati (Afektif)
4. Dimensi Rohani
: Jiwa (Spiritual)
Keempat dimensi ini mencerminkan empat kebutuhan dasar hidup
manusia, yaitu:
1. Kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
(survival)
2. Kebutuhan untuk belajar (improvement)
3. Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai (kasih sayang)
4. Kebutuhan untuk meninggalkan nama baik (eksis)
sumber: dokumen penulis
Gambar 2.1
Tenaga tak sebanding kerbau, tetapi
kerbau dapat dikendalikan oleh manusia.
24
| Kelas X SMA/SMK
1.
D
ua Unsur Nyawa dan Roh (Gui Shen)
Berdasarkan prinsip
Yin-Yang
, bahwa
Tian
Yang Maha Esa
menciptakan kehidupan ini selalu dengan dua unsur yang berbeda,
tetapi saling mendukung dan melengkapi satu sama lain.
Yin-Yang
,
Negatif-Positif, Wanita-Pria, Bumi-Langit, Malam-Siang, Kanan-Kiri,
dan seterusnya. Dalam diri manusia
Tian
memberkahinya dengan
dua unsur Nyawa dan Roh. Maka diyakini, bahwa manusia adalah
makhluk termulia di antara makhluk ciptaan
Tian
yang lain. Karena
selain memiliki Nyawa (daya hidup jasmani), manusia juga memiliki
Roh (daya hidup rohani). Roh atau Daya Hidup Rohani yang di dalamnya
bersemayan watak sejati (xing) atau sebagai Firman
Tian
atas diri
manusia, yang mengandung benih-benih kebajikan, yaitu:
ren, yi, li, zhi
.
Watak sejati inilah yang menjadi benih suci sehingga manusia
berkemampuan untuk berbuat bajik dan sekaligus menjadi tanggung
jawab manusia untuk menggemilangkannya, sehingga menjadi tetap
baik sampai pada akhirnya (sesuai firman-Nya).
Nyawa atau Daya Hidup Jasmani (
jing
) yang di dalamnya terkandung
daya rasa atau ’nafsu’ yang merupakan kekuatan bagi manusia untuk
melangsungkan hidupnya. Daya rasa atau ‘nafsu’ itu adalah:
xi, nu, ai,
le
. Tanpa keempat daya rasa ini manusia tidak dapat melangsungkan
kehidupannya. Maka, baik Daya hidup rohani (
) ataupun Daya hidup
jasmani (jing) merupakan dua unsur penting yang dimiliki oleh manusia.
Makhluk Termulia
Gui
(Daya Hidup Jasmani)
Watak Sejati (
)
Ren
(Cinta Kasih)
Yi
(Kebenaran)
Li
(Susila)
Zh
i (Bijaksana)
Nafsu (
Jing
)
Xi
(Gembira)
Nu
(Marah)
Ai
(Sedih)
Le
(Senang)
Shen
(Daya Hidup Rohani)
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
|
25
2.
Watak Sejati (
) Sebagai Daya Hidup Rohani
Ajaran Khonghucu meyakini
bahwa pada dasarnya sifat
manusia itu asalnya baik, suci
murni.
Tian
Yang Maha Esa
sebagai Khalik pencipta dengan
sifat-sifat kebajikan
yuan,
heng
,
li
, dan
zhen
, menjadikan
manusia memperoleh percikan
kebajikan-Nya sebagai Firman
yang berada pada diri setiap
manusia. Percikan kebajikan
Tian dalam diri manusia itu
berupa xing (watak sejati) yang
di dalamnya terkandung benih-benih kebajikan, yaitu: ren, li, yi, zhi.
“Firman Tian itulah dinamai watak sejati (xing), hidup/berbuat
mengikuti watak sejati itulah dinamai menempuh jalan suci, bimbingan
menempuh jalan suci itulah dinamai agama.” (
Zhongyong
. Bab Utama
pasal 1)
Keempat benih kebajikan inilah yang menjadi kemampuan luhur
bagi manusia untuk berbuat bajik, sekaligus menjadi tanggung jawab
manusia untuk mempertahankan dan menggemilangkan benih-benih
kebajikan itu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keempat benih kebajikan itu ada
dalam diri setiap manusia dan menjadi sifat dasar manusia.
♥ Rasa hati berbelas kasihan dan tidak tega itulah benih dari Cinta
kasih.
♥ Rasa hati malu dan tidak suka itulah benih dari Kebenaran.
♥ Rasa hormat dan rendah hati itulah benih dari Kesusilaan.
♥ Rasa hati menyalahkan dan membenarkan itulah benih dari
Kebijaksanaan.
• Siapa yang tidak merasa iba/kasihan melihat orang lain
menderita.
• Siapa yang tidak malu melakukan perbuatan yang tidak
berlandaskan kebenaran, dan siapa yang suka jika diperlakukan
tidak benar.
• Siapa yang tidak mengerti bahwa kepada orang yang lebih tua
harus menaruh hormat, mengalah dan rendah hati.
Cinta kasih
Kebenaran
Bijaksana
Susila
26
| Kelas X SMA/SMK
•
Siapa yang tidak dapat membedakan bahwa sesuatu itu pantas
atau tidak pantas untuk dilakukan.
Mengzi
berkata: “Rasa hati kasihan dan tidak tega tiap orang
mempunyai, rasa hati malu dan tidak suka tiap orang mempunyai,
rasa hati hormat dan mengindahkan tiap orang mempunyai, rasa hati
membenarkan dan menyalahkan tiap orang mempunyai. Adapun rasa
hati berbelas kasihan dan tidak tega itu menunjukkan adanya benih cinta
kasih. Rasa malu dan tidak suka menunjukkan adanya benih menjunjung
kebenaran. Rasa hati hormat dan mengindahkan menunjukkan adanya
benih kesusilaan, dan rasa hati menyalahkan dan membenarkan
menunjukkan adanya benih kebijaksanaan. Cinta kasih, kebenaran,
kesusilaan, dan kebijaksanaan itu bukanlah hal-hal yang dimaksudkan
dari luar ke dalam diri, melainkan diri kita sudah mempunyainya. Tetapi
sering manusia tidak mau mawas diri. Maka dikatakan, carilah! Dan
engkau akan mendapatkan, sia-siakanlah, dan engkau akan kehilangan
...!” “Sifat orang memang kemudian berbeda-beda, mungkin berbeda
berlipat dua sampai lima atau bahkan tidak terhitung. Tetapi itu tidak
dapat dicarikan alasan kepada watak sejatinya.” (
Mengzi
. VI A: 6/7)
“Mengapa kukatakan tiap orang mempunyai perasaan tidak tega
akan sesama manusia? Kini bila ada seorang anak kecil yang hampir
terjerumus ke dalam perigi, niscaya dari lubuk hatinya timbul rasa
terkejut dan belas kasihan, ini bukan karena dalam hatinya ada
keinginan untuk dapat berhubungan dengan orang tua anak itu, bukan
ingin mendapat pujian kawan-kawan sekampung, bukan juga karena
khawatir akan mendapat celaan.”
“Dari hal itu kelihatan, bahwa yang tidak mempunyai rasa belas
kasihan itu bukan orang lagi, yang tidak mempunyai perasaan malu dan
tidak suka itu bukan orang lagi, yang tidak mempunyai perasaan rendah
hati dan mau mengalah itu bukan orang lagi, yang tidak mempunyai
perasaan menyalahkan dan membenarkan itu bukan orang lagi.”
(
Mengzi
. II A: 6/1-5)
Mengzi
berkata;
1.
“Kemampuan yang
dimiliki orang dengan tanpa belajar, disebut
kemampuan asli (
liangneng
). Pengertian yang dimiliki orang
dengan tanpa belajar, disebut pengertian asli (
liangzhi
).”
2.
”Anak-anak yang
didukung tidak ada yang tidak mengerti/
mencintai orang tuanya, dan setelah besar tidak ada yang tidak
mengerti harus hormat kepada kakaknya.”
3.
”Mencintai orang
tua itulah cinta kasih, dan hormat kepada yang
lebih tua itulah kebenaran. Tidak dapat dipungkiri memang
itulah kenyataan yang ada di dunia.” (
Mengzi
. VII A: 15/1-3)
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
|
27
Dari ayat di atas dapatlah dikatakan suatu
doktrin
iman yang dengan
jelas menyebutkan akan diri manusia itu, di dalamnya ada watak sejati
(
) yang menjadi kodratnya sebagaimana difirmankan
Tian
. Dengan
demikian, tentunya watak sejati itu ada pada diri setiap manusia, dan
pasti sama adanya. Semua manusia, apakah baik atau tidak secara
fundamental memiliki jiwa yang sama, jiwa yang sepenuhnya tidak
pernah dapat dilenyapkan oleh keegoisan, serta selalu mewujudkan
dirinya segera dalam reaksi intuitifnya terhadap segala sesuatu.
Perasaan yang secara otomatis dialami oleh setiap manusia ketika
melihat seorang anak kecil jatuh ke dalam sumur. Reaksi pertama setiap
orang terhadap segala sesuatu yang secara alami dan spontan adalah,
bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah.
Pengetahuan (kemampuan merasakan) ini adalah perwujudan dari
sifat kita yang asli. Selanjutnya, yang perlu dilakukan oleh kita (manusia)
adalah mengikuti arahan dari pengetahuan/kemampuan intuitif itu,
dan selanjutnya tanpa keraguan mengarah kepadanya. Karena apabila
kita mencoba untuk menemukan alasan untuk tidak mengikuti arahan-
arahannya, berarti kita menambahkan sesuatu atau mungkin mengurangi
sesuatu dari pengetahuan/kemampuan intuitif itu, dengan demikian
kita akan kehilangan kemulian tertinggi kita. Tindakkan mencari alasan
merupakan sikap yang disebabkan oleh keegoisan.
Dengan watak sejati hidup manusia dibangun sehingga mempunyai
suatu nilai, dan oleh karena memiliki watak sejati itulah manusia
menjadi makhluk mulia dan utama dari segala ciptaan-Nya, dan karena
watak sejati merupakan percikan dari sifat kebajikan Tian, maka
pada dasarnya manusia memang berkemampuan untuk beriman dan
kemudian mengerti akan perihal kuasa kebajikan-Nya.
•
Ren
(cinta kasih)
: muncul paling awal dalam diri setiap
manusia.
•
Yi
(kebenaran)
: muncul kemudian setelah pengertian
berkembang.
•
Li
(susila)
: dapat ditanamkan pada masa menjelang
remaja.
•
Zhi
(bijaksana)
: merupakan tuntunan yang tak terbatas
Ketika manusia berangkat dewasa.
28
| Kelas X SMA/SMK
3.
Da
ya Hidup Jasmani
Seperti telah dipaparkan di atas bahwa selain diberikan Watak sejati
(xing) sebagai kemampuan luhur bagi manusia untuk berbuat baik/bajik,
manusia juga diberikan daya hidup jasmani (jing) sebagai kemampuan
manusia untuk menggenapi kehidupannya. Daya rasa atau daya hidup
jasmani itu ialah:
Gembira (
xi
)
Marah
(
nu
)
Sedih (
ai
)
Senang
(
le
)
Peradaban manusia dapat bertahan sampai hari ini karena manusia
memiliki nafsu-nafsu tersebut. Keempat daya rasa (nafsu) inilah yang
menjadikan manusia mampu mengembangkan kehidupannya. Tetapi
nafsu-nafsu ini pulalah yang dapat menimbulkan masalah dalam
kehidupan bila manusia tidak dapat baik-baik memelihara dan
mengendalikannya.
Tujuan pengajaran agama tidaklah bermaksud menghapuskan atau
membunuh nafsu-nafsu tersebut, karena bagaimanapun nafsu-nafsu itu
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manusia.
Agama bertujuan membimbing
agar manusia mengerti bagaimana
mengendalikan bila nafsu-nafsu
yang ada di dalam dirinya itu
timbul. Mengendalikannya agar
tidak melampaui batas “tengah.”
“Gembira, marah, sedih dan
senang sebelum timbul dinamai
Aktivitas 2.1
Aktivitas Bersama
Diskusi Kelompok
Diskusikan pernyataan bahwa ren muncul paling awal dalam
diri setiap manusia.
Yi
muncul kemudian setelah pengertian
berkembang pada masa balita.
Li
dapat ditanamkan pada masa
menjelang remaja.
Zhi
, merupakan tuntunan yang tak terbatas
ketika manusia beranjak dewasa.
Penting
“Adanya keharmonisan antara
Roh dan Nyawa, antara
kehidupan lahir dan kehidupan
batin, itulah tujuan tertinggi
pengajaran agama.”
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
|
29
tengah. Setelah timbul tetapi masih berada di batas tengah dinamai
harmonis. Tengah itulah pokok besar dunia, dan keharmonisan itulah
cara menempuh jalan suci di dunia.”(
Zhongyong
. Bab Utama: 4)
“Bila dapat terselenggara tengah dan harmonis, maka kesejahteraan
akan meliputi langit dan bumi, segenap makhluk dan benda akan
terpelihara.” (
Zhongyong
. Bab Utama: 5)
Ketika manusia berada dalam kondisi di mana belum timbul rasa
gembira, rasa marah, rasa sedih, dan rasa senang/suka di dalam dirinya,
kondisi inilah yang dimaksud manusia dalam keadaan “tengah.” Tetapi
keadaan dalam kehidupan ini sangatlah dinamis/selalu berubah, terlebih
lagi perasaan manusia mudah sekali terpengaruh dan berubah. Keadaan
tengah dalam diri manusia tidak dapat berlangsung/bertahan selamanya,
banyak hal dan peristiwa yang dapat memancing timbulnya nafsu di
dalam diri. Bila salah-satu nafsu itu terekspresikan, berarti saat itu
manusia sudah tidak dalam keadaan tengah.
1. Ketika manusia menerima kabar baik yang diharapkan, seketika
itu timbul perasaan gembira di dalam dirinya.
2. Ketika mendapat perlakuaan buruk/tidak benar, seketika itu
timbul perasaan marah di dalam dirinya.
3. Ketika menerima kabar buruk yang tidak diharapkan, seketika
itu timbul perasaan sendih dan kecewa.
4. Ketika melihat, mendengar atau merasakan yang sesuatu yang
menarik hatinya, seketika itu timbul perasaan senang/suka.
Menjadi kewajiban manusia untuk selalu mengendalikan setiap
nafsu yang timbul dalam dirinya agar tetap berada di batas tengah (tidak
berlebihan). Mengendalikan nafsu yang timbul tetap di batas tengah
itulah yang dinamai harmonis.
1. Jangan karena perasaan gembira lalu menjadi lupa diri dan
tidak memperhatikan sikap dan perilaku, ini berarti melanggar
nilai-nilai kemanusiaan.
2. Jangan karena perasaan marah, sampai berbuat keterlaluan, ini
berarti melanggar nilai-nilai kebenaran (kepatutan).
3. Jangan kerena perasaan sedih sampai merusakkan badan, ini
berarti melanggar nilai-nilai kesusilaan.
4. Jangan karena perasaan suka terhadap sesuatu, sampai
melupakan hal-hal lain hanya sekedar ingin memuaskan keinginan
diri, ini berarti melanggar nilai-nilai kebijaksanaan.
30
| Kelas X SMA/SMK
B.
M
engapa Manusia Berbuat Jahat
1.
Nafsu yang Tidak Terkendali
Seperti halnya watak sejati yang di dalamnya terkandung benih-
benih kebajikan: Cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, dan kebijaksanaan
yang mutlak dimiliki oleh semua orang (tanpa kecuali), begipun halnya
dengan nafsu (daya rasa) yang terdiri dari perasaan: gembira, marah,
sedih, dan senang/suka adalah juga hal yang pasti dimiliki oleh semua
orang.
Nafsu (daya rasa) yang
disebutkan itu dapat terjadi
kapan saja, di mana saja
dan pada siapa saja, dan
manusia sering kali atau tidak
mempunyai kendali atas kapan
ia dilanda emosi, juga emosi apa
yang akan melandanya, tetapi
paling tidak manusia dapat
memperkirakan berapa lama
emosi itu akan berlangsung
menguasai dirinya.
Banyak pengaruh-pengaruh
dari luar diri yang dapat memicu
timbulnya nafsu yang ada di
dalam diri. Bila ‘nafsu’ di dalam diri itu telah terpicu, maka bersamaan
dengan itu tubuh akan bergerak melakukan sesuatu, dan hal ini akan
berakibat tidak baik bila berlebihan atau tidak dapat dikendalikan.
Pada kondisi seperti inilah harus ada sesuatu yang dapat meredam atau
mengendalikan nafsu-nafsu tersebut, inilah fungsi watak sejati.
Nafsu, dengan kuat menggerakan tubuh untuk melakukan hal-hal
tertentu sampai sepuas-puasnya (melampaui batas-batas kewajaran).
Hal ini tentu saja berbahaya, sangat berbahaya! Watak sejati meredam,
membendung, mengendalikan agar semuanya tetap berada pada batas
kewajaran yang tidak melanggar nilai-nilai kemanusiaan.
Dapat mengendalikan nafsu-nafsu yang timbul tetap berada pada
batas kewajaran (batas tengah) inilah dimaksud
harmonis
.
sumber: dokumen penulis
Gambar 2.2
Nafsu bila tidak terkendali
akan melahirkan tindakan yang akan
membahayakan
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
|
31
Nafsu apabila dapat dikendalikan,
akan menjadikan orang memiliki
kedewasaan sikap. Nafsu akan
mampu membimbing, menggerakan
pikiran, menciptakan nilai-nilai bagi
kelangsungan hidup kita. Tetapi
nafsu dengan mudah menjadi tidak
terkendali, dan hal itu memang sering
kali terjadi. Masalahnya bukanlah
karena nafsu itu sendiri, melainkan
mengenai keselarasan antara nafsu
dan cara mengekpresikannya, maka
pertanyaannya adalah, “Bagaimana
kita membawa kecerdasan ke dalam emosi kita?
Mengzi
berkata;
1. “Pohon di gunung
Giu
, mula-mula indah dan rimbun, tetapi karena
letaknya dekat dengan sebuah negeri yang besar lalu dengan
semena-mena ditebang,
masih indahkah kini?”
Benar, dengan istirahat tiap
hari tiap malam, disegarkan
oleh hujan dan embun, tiada
yang tidak bersemi dan
bertunas kembali, tetapi
lembu-sapi dan kambing-
domba
digembalakan
di sana, maka menjadi
gundullah dia.
Orang melihat keadaan yang
gundul itu lalu menganggap
memang selamanya belum pernah ada pohon-pohon di sana.”
2. “Tetapi benarkah itu hakikat sifat gunung? Cinta kasih dan
kebenaran yang dijaga di dalam hati manusia kalau sampai tiada
lagi, tentulah karena sudah terlepas hati nuraninya (liangxing),
hal itu seperti pohon-pohon yang ditebang dengan kapak, kalau
tiap-tiap hari ditebang, dapatkah menunjukkan keindahannya?”
Dengan bergantinya siang dan malam orang dapat beristirahat,
lalu pagi harinya beroleh kesegaran kembali; tetapi karena
kegemarannya akan hal-hal yang buruk dan kurangnya kehendak
sumber: yes-outdoor.blogspot.com
Gambar 2.4
Gunung yang gundul
karena ditebang, bukan karena sifat
alaminya
sumber: yes-outdoor.blogspot.com
Gambar 2.3
Hijau dengan
pepohonan adalah sifat asli gunung
32
| Kelas X SMA/SMK
saling mengerti dengan orang lain, maka perbuatan pada siang
harinya itu memusnahkan kembali yang sudah diperolehnya.
Kalau kemusnahan ini berulang-ulang terjadi, kesengsaraan
yang diperoleh karena hawa malam itu, tidak cukup untuk
menjaganya. Kalau kemusnahan ini berulang-ulang terjadi,
kesegaran yang diperoleh karena hawa malam itu tidak cukup
untuk menjaganya.
Kalau
kesegaran yang diperoleh karena hawa malam itu tidak
cukup untuk menjaganya, bedanya dengan burung atau hewan
sudah tidak jauh lagi. Kalau orang melihat keadaan yang sudah
menyerupai burung atau hewan itu, ia lalu menyangka bahwa
memang demikian watak dasarnya. Tetapi benarkah itu sungguh-
sungguh merupakan rasa hatinya?”
3.
Maka
kalau dirawat baik-baik, tiada barang yang tidak akan
berkembang, sebaliknya, kalau tidak dirawat baik-baik tiada
barang yang tidak akan rusak.” (
Mengzi
. VI A: 8/1-3)
Ayat di atas menunjukan bahwa watak sejati manusia yang
pada dasarnya baik itu dapat dirusakkan oleh nafsu-nafsu yang tidak
terkendali, jadi bukan karena watak dasar (watak sejatinya) itu buruk
adanya.
2.
K
eadaan yang Memaksa
Adakala di mana manusia dapat bertindak/berbuat buruk meski
tidak ada emosi negatif (‘nafsu’) yang menguasai dirinya, tindakkan itu
dilakukan semata-mata karena menurutnya “tidak ada pilihan” atau
“terpaksa.”
Keadaanlah yang menyebabkan
ia melakukan suatu tindakan
tertentu. Seperti dicontohkan
dalam uraian
Mengzi
melalui
percakapannya dengan Gaozi, yang
menggambarkan hubungan watak
sejati/sifat asli manusia dengan
suatu keadaan yang memaksa.
Gaozi
berkata, “Watak sejati
manusia itu laksana pusaran air,
kalau diberi jalan ke Timur akan
mengalir ke Timur, kalau diberi
jalan ke Barat akan mengalir ke
sumber : shadow-intips.blogspot.com
Gambar 2.5
Mengalir ke tempat
yang lebih rendah adalah sifat alami
air
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
|
33
Barat. Begitupun watak sejati manusia itu tidak dapat membedakan
antara baik atau tidak baik, seperti air tidak dapat membedakan antara
Timur dan Barat.” (
Mengzi
. VI A: 2)
Mengzi
berkata, “Air memang tidak dapat membedakan antara Timur
dan Barat, tetapi tidak dapatkah membedakan antara atas dan bawah?”
“Watak sejati manusia itu cenderung kepada baik, laksana air
mengalir ke bawah, orang tidak ada yang tidak cenderung kepada baik,
seperti air tidak ada yang tidak cenderung mengalir ke bawah.” (
Mengzi
.
VI A: 3)
“Kini kalau air itu ditepuk dapat terlontar naik sampai melewati dahi,
dengan membendung dan memberi saluran-saluran, air dapat dipaksa
mengalir sampai ke gunung.
Tetapi benarkah ini watak
air? Itu tentu bukanlah hal yang
sewajarnya, begitupun kalau orang
sampai menjadi tidak baik, tentulah
karena watak sejatinya diperlakukan
seperti itu juga.”
Secara alami air tidak ada
yang tidak mengalir ke bawah,
dan manusia tidak ada yang tidak
cenderung kepada baik. Tetapi
bila keadaan memaksa air dapat
juga mengalir ke atas, begitupun
manusia, bila keadaan memaksa dapat juga berbuat tidak baik (tidak
sesuai dengan sifat alaminya).
Ketika air harus mengalir ke atas melawan kodratnya tentu tidak
menjadi persoalan. Tetapi bila manusia yang kodratnya adalah baik jika
menjadi tidak baik karena keadaan yang memaksa, tentu akan menjadi
persoalan.
Air adalah sebuah benda (bukan makhluk), jadi ia tidak dapat
melawan jika diperlakukan (dikondisikan) untuk melawan sifat
alaminya. Tetapi manusia sebagai makhluk yang diberi watak sejati dan
dorongan perasaan sebagai kemampuan untuk melawan, jika karena
keadaan memaksa lalu menjadi marah dan ganas (berbuat melawan sifat
alaminya).
Agama diciptakan untuk satu keperluan, membimbing manusia
menempuh jalan suci dan dapat mengerti bagaimana mengendalikan
setiap kondisi tidak baik yang timbul oleh nafsu-nafsu (gejolak rasa)
ataupun oleh keadaan yang memaksa.
sumber: shadow-intips.blogspot.com
Gambar 2.6
Jika dipaksa air dapat
mengalir ke atas.
34
| Kelas X SMA/SMK
Mengzi
berkata, “Pada tahun-tahun yang makmur, anak-anak dan
pemuda-pemuda kebanyakan berkelakuan baik, tetapi pada tahun-tahun
yang paceklik, anak-anak dan pemuda-pemuda kebanyakan berkelakuan
buruk.”
“Hal ini bukan karena
Tian
Yang Maha Esa menurunkan watak yang
berlainan, melainkan karena hatinya telah terdesak dan tenggelam di
dalam keadaan yang buruk.” (
Mengzi
. Bab VI A: 7)
3.
K
ebiasaan Buruk
Kebiasaan adalah suatu tindakan yang dilakukan berulang-ulang
(kontinu). Kebiasaan merupakan sebuah latihan bagi tubuh. Artinya,
bahwa suatu tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dapat
menjadikan tubuh kita terlatih untuk selanjutnya dapat melakukannya
dengan fasih.
Oleh karenanya, kebiasaan sangat berpengaruh dalam pembentukan
karakter seseorang. Orang yang biasa berbuat baik akan terlatih dan
cenderung untuk terus berbuat baik, dan sebaliknya orang yang biasa
berbuat/berperilaku tidak baik juga akan terlatih dan cenderung untuk
terus melakukannya.
Orang biasa bangun pagi cenderung untuk terus bangun pagi,
sebaliknya yang biasa bangun siang cenderung untuk terus bangun siang.
Tubuh yang sedang istirahat cenderung untuk terus istirahat, dan tubuh
yang sedang bergerak cenderung untuk terus bergerak dalam kecepatan
dan arah yang sama, kecuali ada kemauan yang keras untuk merubahnya,
dan memang dibutuhkan energi yang besar untuk merubahnya.
Orang yang berhasil cenderung untuk tetap berhasil, yang bergembira
cenderung untuk tetap bergembira, yang dihormati cenderung untuk
tetap dihormati, dan yang mencapai cita-citanya cenderung untuk tetap
mencapai cita-citanya.
Aktivitas 2.2
Aktivitas Bersama
Diskusi Kelompok
Jika karena situasi dan kondisi memaksa manusia menjadi berbuat
tidak baik (bertentangan dengan sifat alaminya), apakah dapat
dimaklumi? Jelaskan alasannya!
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
|
35
Maka dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan/tindakan yang
dilakukan berulang-ulang akan cenderung untuk terus dilakukan.
Maka sedini mungkin hindari kebiasaan-kebiasaan buruk, karena
akan berpengaruh buruk pula pada pembentukan karakter kita. Nabi
Kongzi
bersabda, “Watak Sejati itu bersifat saling mendekatkan, dan
kebiasaan saling menjauhkan.” (
Lunyu
. XVII: 2). Dalam kesempatan
yang lain Nabi
Kongzi
juga menasehatkan melalui sabdanya, “Periksalah
keburukan dari sesuatu yang kita sukai, dan periksalah kebaikan dari
sesuatu yang tidak kita sukai.”
4. Kurangnya Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri, bahwa pendidikan mempunyai peran yang
sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang. Walaupun bukan
merupakan satu-satunya faktor penentu, pendidikan tetaplah memiliki
sumbangan yang sangat besar dalam membentuk perilaku seseorang.
Kongzi
bersabda, “Ada pendidikan tiada perbedaan.” (
Lunyu
. X: 39)
Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa manusia dibekali Watak
Sejati oleh Tian Yang Maha Esa sebagai kemampuan luhur bagi manusia,
kenyataan ini menjadikan manusia berpotensi untuk menjadi manusia
Junzi
(berbudi luhur). Tetapi kemampuan yang dimiliki manusia itu
masih memerlukan upaya-upaya, karena banyak faktor-faktor yang
dapat menjadikan potensi yang ada itu menjadi hilang.
Lingkungan keluarga tempat
kita dilahirkan dan dibesarkan
merupakan lingkungan pertama
yang kita kenal dan individu-
individu yang ada di dalamnya
merupakan individu-individu yang
paling dekat dengan kita, maka
lingkungan ini cukup berperan
dalam pembentukan karakter
seseorang.
Di samping faktor lingkungan keluarga, kebiasaan-kebiasaan
seseorang juga menjadi faktor yang ikut menentukan pembentukan
karakter seseorang. “Sifat dasar manusia itu sama, kebiasaan-kebiasaan
merekalah yang membuat berlainan.” Maka, sekalipun manusia memiliki
potensi untuk menjadi manusia yang sempurna dalam usahanya
menempuh jalan suci, manusia masih harus mengupayakannya dengan
belajar dan terus belajar.
Penting
Sebuah batu giok (batu kumala)
sekalipun, kalau tidak digosok dan
diukir tidak akan menjadi sebuah
benda yang berharga, dan manusia
tanpa belajar takkan mampu
bijaksana.
36
| Kelas X SMA/SMK
Ada orang yang sejak lahir sudah bijaksana, tetapi ada yang harus
melalui proses belajar terlebih dahulu. Hal ini bertujuan menekankan
bahwa perbedaan pada diri manusia disebabkan oleh perbedaan
pendidikan (pembinaan diri), bukan dari sifat dasarnya. Maka melalui
pendidikanlah manusia belajar hingga mengerti bagaimana membina
diri dan memanfaatkan potensi yang ada di dalam dirinya.
Melalui pendidikanlah manusia dapat mengerti bagaimana
mengendalikan nafsu-nafsu (gejolak rasa) yang ada di dalam dirinya
agar tetap berada di batas tengah. Melalui pendidikanlah manusia
dapat mengerti bagaimana menghindari kebiasaan-kebiasaan buruknya.
Melalui pendidikanlah pula manusia dapat bertahan pada fitrahnya
yang suci. Maka bila semua manusia mendapat pendidikan yang
cukup, semuanya mampu menjadi manusia yang sempurna tanpa ada
perbedaaan, untuk kembali pada fitrahnya yang suci, karena memang
fitrah manusia adalah sama.
Nabi
Kongzi
merasa terpanggil untuk membuka pintu pendidikan
bagi semua orang tanpa membedakan kelas dan status sosialnya. Beliau
mempunyai murid 3000 an orang. Murid Nabi
Kongzi
terdiri atas bebagai
lapisan masyarakat, termasuk para pemuda di zaman itu, di antaranya
berasal dari rakyat jelata.
Berkat Nabi
Kongzi
, maka agama Khonghucu kemudian menjadi
agama universal yang dipeluk oleh siapapun juga, tanpa memandang
tingkat sosialnya. Beliau tidak pernah membedakan para murid
berdasarkan asal-usul dan golongan. Maka terkenallah sabda Beliau:
”Ada Pendidikan, Tiada Perbedaan.” (
Lunyu
, XV: 39)
Aktivitas 2.3
Tugas Mandiri
Terkait dengan nasihat untuk memeriksa keburukan dari sesuatu
yang kita sukai, dan kebaikan dari sesuatu yang tidak kita sukai,
tuliskanlah hal-hal yang kalian sukai lalu periksa keburukkannya,
dan hal-hal yang kalian tidak sukai lalu periksa kebaikannya!
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
|
37
Penilaian Diri
•
Tujuan Penilaian
Lembar penilaian diri ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui sikap kalian dalam menerima dan memahami
tentang sifat dasar manusia.
2. Menumbukan sikap sungguh-sungguh untuk senantiasa membina
diri dalam kehidupan.
•
Petunjuk
Isilah lembar penilaian diri yang ditunjukkan dengan skala sikap
berikut ini!
SS = sangat setuju
ST = setuju
RR = ragu-ragu
TS = tidak setuju
No
Instrumen Penilaian
SS
ST
RR
TS
1
Manusia adalah makhluk termulia di
antara makhluk ciptaan Tian yang lain.
.....
.....
.....
.....
2
Manusia bukanlah hewan yang sedang
dalam proses evolusi seperti yang
diteorikan oleh Darwin, bukan juga
hewan yang harus digembalakan,
juga bukan hewan politik seperti yang
dikatakan oleh Aristoteles.
.....
.....
.....
.....
3
Watak sejati inilah yang menjadi benih
suci sehingga manusia berkemampuan
untuk berbuat bajik dan sekaligus
menjadi tanggung jawab manusia
untuk menggemilangkannya, sehingga
menjadi tetap baik sampai pada
akhirnya
.....
.....
.....
.....
38
| Kelas X SMA/SMK
4
Rasa hati kasihan dan tidak tega tiap
orang mempunyai, rasa hati malu dan
tidak suka tiap orang mempunyai,
rasa hati hormat dan mengindahkan
tiap orang mempunyai, rasa hati
membenarkan dan menyalahkan tiap
orang mempunyai.
..... ..... ..... .....
5
Sifat orang memang kemudian
berbeda-beda, mungkin berbeda
berlipat dua sampai lima atau bahkan
tidak terhitung. Tetapi itu tidak
dapat dicarikan alasan kepada watak
sejatinya.
..... ..... ..... .....
6
Reaksi pertama setiap orang terhadap
segala sesuatu yang secara alami dan
spontan adalah, bahwa yang benar
adalah benar dan yang salah adalah
salah.
..... ..... ..... .....
7
Tujuan pengajaran agama tidaklah
bermaksud menghapuskan atau
membunuh nafsu-nafsu tersebut,
karena bagaimanapun nafsu-nafsu itu
sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.
..... ..... ..... .....
8
“Semangat (Qi) itulah perwujudan
tentang adanya roh, badan jasad
(Po) itulah perwujudan tentang
adanya nyawa. Bersatu harmonisnya
nyawa dan roh (kehidupan lahir dan
kehidupan bathin) itulah tujuan
pengajaran agama.”
..... ..... ..... .....
9
Manusia sering kali atau tidak
mempunyai kendali atas kapan ia
dilanda emosi, juga emosi apa yang
akan melandanya, tetapi paling tidak
manusia dapat memperkirakan berapa
lama emosi itu akan berlangsung
menguasai dirinya.
..... ..... ..... .....
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
|
39
10
Nafsu dengan mudah menjadi tidak
terkendali, tetapi masalahnya
bukan nafsu itu sendiri, melainkan
mengenai keselarasan antara nafsu
dan cara mengekpresikannya, maka
pertanyaannya adalah, “Bagaimana
kita membawa kecerdasan ke dalam
emosi kita?”
.....
.....
.....
.....
11
Watak sejati manusia itu cenderung
kepada baik, laksana air mengalir
ke bawah, orang tidak ada yang
tidak cenderung kepada baik, seperti
air tidak ada yang tidak cenderung
mengalir ke bawah.
.....
.....
.....
.....
12
Orang yang biasa berbuat baik akan
terlatih dan cenderung untuk terus
berbuat baik, dan sebaliknya orang
yang biasa berbuat/berperilaku tidak
baik juga akan terlatih dan cenderung
untuk terus melakukannya.
.....
.....
.....
.....
13
Sekalipun manusia memiliki potensi
untuk menjadi manusia yang
sempurna dalam usahanya menempuh
jalan suci, manusia masih harus
mengupayakannya dengan belajar dan
terus belajar.
.....
.....
.....
.....
14
Maka bila semua manusia mendapat
pendidikan yang cukup, semuanya
mampu menjadi manusia yang
sempurna tanpa ada perbedaaan,
untuk kembali pada fitrahnya yang
suci, karena memang fitrah manusia
adalah sama.
.....
.....
.....
.....
15
Kalau dirawat baik-baik, tiada
barang yang tidak akan berkembang,
sebaliknya, kalau tidak dirawat baik-
baik tiada barang yang tidak akan
rusak.
.....
.....
.....
.....
40
| Kelas X SMA/SMK
Evaluasi Bab 2
A.
P
ilihan Ganda
Berilah tanda silang (x) di antara pilihan A, B, C, D, atau E
yang merupakan jawaban paling tepat dari pertanyaan-
pertanyaan berikut ini!
1.
Berikut
ini yang merupakan benih-benih kebajikan yang menjadi
watak sejati (xing) manusia adalah....
A. cinta kasih, susila, bijaksana, berani
B. kebenaran, bijaksana, dapat dipercaya, susila
C. cinta kasih, tahu malu, kebijaksanaan, kebenaran
D. cinta kasih, kebenaran, susila, bijaksana
E. cinta kasih, kebenaran, satya, dapat dipercaya
2.
Selain
diberikan Watak Sejati (
) atau Daya Hidup Rohani,
Tian
juga memberkahi manusia dengan Daya Rasa (Daya Hidup
Jasmani) agar manusia dapat melangsungkan kehidupannya.
Daya Rasa atau Daya Hidup Jasmani yang ada di dalam diri
manusia itu tertulis di bawah ini, kecuali ....
A. gembira
B. marah
C. takut
D. sedih
E. senang/suka
3.
Dalam
Kitab
Zhongyong
(Tengah Sempurna) Bab Utama pasal 4
tertulis, “gembira, marah, sedih, dan senang sebelum timbul dari
dalam diri dinamai....
A. tengah
B. harmonis
C. selaras
D. seimbang
E. sempurna
4.
Rasa
hati menyalahkan dan membenarkan adalah benih dari
sifat....
A. susila
B. kebenaran
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
|
41
C. kebijaksanaan
D. cinta kasih
E. dapat dipercaya
5.
Rasa hati malu dan tidak suka adalah benih dari ....
A. susila
B. kebenaran
C. kebijaksanaan
D. cinta kasih
E. dapat dipercaya
6.
Rasa
hati hormat, rendah hati, dan mau mengalah adalah benih
dari....
A. susila
B. kebenaran
C. kebijaksanaan
D. cinta kasih
E. berani
B.
Ur
aian
Kerjakan soal-soal berikut ini dengan uraian yang jelas!
1.
Apa
tujuan pengajaran agama terkait dengan adanya dua unsur
nyawa dan roh dalam diri manusia?
2.
Jelaskan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah baik!
3.
Jelaskan
mengapa manusia yang pada dasarnya baik dapat
berbuat jahat (tidak sesuai dengan watak sejatinya), jelaskan
faktor-faktor yang menjadi penyebabnya!
4.
Jelaskan
mengapa kebiasaan itu sangat berpengaruh pada
pembentukan karakter seseorang!
5.
Jelaskan
mengapa nafsu-nafsu yang ada dalam diri manusia
tidak boleh dimatikan/dihapuskan sama sekali!
6.
Jelaskan
fungsi nafsu/daya rasa bagi manusia dalam kehidupan
diatas dunia
42
| Kelas X SMA/SMK
4/4
Cipt: Bratayana Ongkowijaya
C = Do
Watak Sejati
Yg Y |E E fW E Qf U |Y . . f35|Y U fY T Y |E . . . |
Ma nu si a pada mulanya,
watak aslinya lu hur
|W f.E R fE W |T Y E .|W f.E Q fU T |Y . . fY Y |
Wa tak se ja ti I tu sa ling mendekatkan kebi
|E E fW E fQ U |Y . . fE T |Y U fY T Y |E . . . |
a sa an manusia
ser ta lingkungannya
|W f.E R fE W |T Y E .|W f.U Q fU Q |Y . . . |
Membuat mereka jadi sa ling berjau han
|Y f.Y Y T |R . . . |R f.W T Y |E . . . |
Ti dak terdi dik
tan pa a ga ma
|W f.E R fE W |E . Y .|Y f.U Q fU Y |U . . . |
Watak se ja ti nya ti dak ter bi na
|Y f.Y Y T |R . . . |R f.W T Y |E . . . |
A ja ran su ci
da ri a gama
|W f.E R fE W |E . Y .|E fW Q U T |Y . 0 _
Memberi kemampuan tuk gemilangkan nya
Lagu Pujian